Pasukan Pengajar Muda Aceh Utara |
Refleksi
minggu ini dan tentu juga minggu-minggu sebelumnya adalah belajar menerima.
Menerima memang kadang lebih sulit dari pada memberi, karena menerima harus
selalu siap dengan apapun kondisi yang akan kita terima dan kita tidak bisa
mengatur sebelumnya. Sedangkan memberi sebaliknya, karena terlebih dahulu kita
bisa menentukan kondisi sesuatu yang akan kita beri. Ketidakmampuan manusia menerima juga menjadi
salah satu faktor bencana kemanusiaan di negeri ini. Contohnya cukup banyak, berangkat dari bencana
kemanusiaan di Sampit, Madura, Ambon, dan daerah-daerah lainya. Hal demikian
adalah bukti bahwa menerima memang sulit, apalagi jika menerima sebuah
perbedaan. Perbedaan mungkin adalah sumber dari sulitnya menerima, kata
perbedaan itulah kunci.
Minggu ini ada dua hal besar yang harus saya terima,
yaitu adalah daerah penempatan dan sahabat yang akan selalu menemani selama
penempatan. Aceh atau bumi serambi Mekah
tempat Snouck Hurgronje mengurai
simpul-simpul peradaban adalah jawaban atas takdir yang selama pelatihan
menjadi misteri. Aceh harus saya terima sebagai ladang “perjuangan” atau ladang
belajar bagi saya pribadi. Saya yakin Alloh memutuskan saya di Aceh, karena
saya mampu, karena Alloh menguji
hambanya tidak terlepas dari sejauh kemampuan hambanya. Alloh lebih mengetahui
batas kemampuan saya, jauh dari saya mengetahui diri saya.
Kedua saya harus menerima lima sahabat yang akan menemani
dan menjadi tempat mengeluh, sahabat yang akan menguatkan disaat kondisi
menjenuhkan, sahabat yang menjadi sumber inspirasi saat kealpaan ide, dan
sahabat segalanya. Sahabat saya orang-orang hebat, atau setidaknya mereka kerap
disebut sebagai sarjana terbaik. Mereka adalah Dika, Cahaya, Ratih, Neke, dan
Vira. Mereka memiliki kecerdasan yang beragam dan kreatif. Cahaya, Neke, dan
Vira ketiganya adalah manusia-manusia kinestetik yang selalu mempunyai
gagasan-gagasan yang keren. Tak kalah
dengan Dika seorang yang mempunyai kemampuan IT yang hebat, cerdas dalam
berakting dan mempunyai kekuatan komunikasi yang hebat. Dan sahabatku terakhir
adalah Ratih, manusia yang mempunyai kepekaan terhadap musik, selain itu dia
cerdas dan mempunyai gagasan yang keren.
Kelima orang ini mempunyai kecerdasan masing-masing,
latar belakang yang berbeda dan semuanya berbeda.. Tetapi semua manusia ini
mampu menerima keadaannya rekan-rekannya. Itulah hal yang paling hebat.
Termasuk saya, saya sangat bersyukur memiliki sahabat yang hebat-hebat ini.
Saya-pun berdoa agar kelima orang ini mampu menerima saya sebagai seorang yag
tentu berbeda dari kelimanya. Saya yakin penempatan nanti kita akan saling
mengisi dan menguatkan. Amin....