Minggu, 09 Februari 2014


Sabtu 8 Februari 2014, sebuah Desa yang menjadi salah satu tempat bermainku, tepatnya di desa Sambak, kecamatan Kajoran, Magelang. Dulu waktu masih SMP aku pernah menyambangi desa ini, karena temanku cukup banyak  tinggal di desa ini. sekitar delapan tahun kemudian perubahan desa ini cukup signifikan, mungkin dahulu jalan utama masih kurang bagus, jalan lorong-lorong desa menuju dusun belum di cor, sehingga tak mudah kendaraan melaluinya, sekolah-sekolah masih sederhana, dan mungkin waktu itu belum ada LMDH (Lembaga Masyarakat Desa Hutan) Wana Hijau Lestari (Link keren Sob:http://wanahijaulestari.wordpress.com/), stasiun radio komunitas SKP FM (Suara Kampung Pintar), Perpustakaan desa, dan Lembaga keuangan mikro yang seperti saat ini yang aku lihat. Aku hampir lupa dengan desa ini, seolah aku belum pernah hadir disini, mungkin karena perubahan fisik dan masyarakatnya yang sangat dinamis.
Keren Sob

Satu jam jarak tempuh desa ini dari rumahku, awalnya aku agak sedikit lupa jalan menuju desa ini, tapi cukup terbantukan dengan adanya beberapa spanduk yang bertuliskan “Forum Desa Nusantara”(Link:http://www.forumdesa.org/  ) di beberapa persimpangan jalan menuju desa ini, sebagai petunjuk jalan. Hingga akhirnya aku sampai di sebuah kantor LMDH desa yang keren ini, karena cukup jarang ada sekolompok masyarakat di desa yang kemudian menginisiasi sebuah LMDH. Perjalananku aku lanjutkan di sebuah sekolah Madrasyah Ibtidaiyah yang nampaknya dimiliki oleh sebuah Yayasan yang didirikan secara swadaya oleh masyarakat. Nampak bangunan masjid, sekolah dan PAUD yang  bagus dan mewadahi. Ini menandakan pendidikan masyarakat di sini cukup ter-openi.
Yayasan Pendidikan
nii dia sekolahnya

Dari kejauhan nampak sekumpulan remaja sedang sibuk memasang spanduk dan menempel beberapa kertas bertuliskan petunjuk parkir. Mereka terlihat kompak, tak menunggu lama karena bosan menunggu di depan MI aku samperin mereka. Mereka ternyata bagian dari panitia, semua berkalung kartu pengenal. Aku memulai pembicaraan dengan menyapa mereka, yang ternyata ramah-ramah. Sambil ngobrol, tentu sedikit aku curi informasi tentang kepanitiaan mereka. Yang menarik ternyata mereka sudah terbiasa dengan kepanitiaan. Wah keren ni desa. Ternyata pemuda di sini sejak Sekolah Dasar sudah mulai di masukan dalam kepanitiaan kegiatan tingkat desa. Melalui perkumpulan remaja se-dusun, mereka diorganisir dan diberi tanggungjawab, mulai hal yang sifatnya sederhana seperti membagi surat undangan atau menjadi bagian dari kepanitiaan saat ada hajatan di desa. Ternyata kebiasaan ini membawa mereka ke sebuah hajatan Nasional yang hari ini diselenggarakan yaitu; Forum Desa Nusantara.
pameran produk desa

Pukul 11 orang-orang berjumbel mulai memadati Sebuah sekolah Negeri yang dibangun di sebah punggung bukit di desa Sambak. Aku mengarah kesana, Bendera Merah Putih di sepanjang jalan naik menuju SD menyabut para tamu undangan. Rencananya sekitar 350 peserta dari seluruh nusantara yang terdiri dari perwakilan daerah, para pejabat pusat serta daerah, dan penggiat LSM akan hadir di desa ini. Mungkin dulu orang-orang desa tak terbayangkan, desa mereka yang gterletak di kaki gunung ini akan menjadi tuan rumahnya perhelatan akbar, tapi karena keaktifan mereka sendiri, Forum Desa Nusantara menunjuk desa agar acara ini terlaksana di sini. Sebuah gapura dari bambu yang dihiasai dedaunan dan hiasan dari pohon padi indah menjadi gerbang kami menuju sekolah. Beberapa pemudi sudah duduk menyodorkan daftar absensi di atas meja. Aku bubuhi kertas dengan nama dan perwakilan “PatriotID” yang aku yakin semua orang disini belum tau.hehe


Tarian gugur gunung, jatilan, dan tari topeng hasil kreasi anak-anak Sambak mampu menghanyutkan para hadirin dalam suasana keindahan seni desa yang kini mulai banyak bangkit. Seni desa menjadi media pendekatan para local champion di Sambak. Konon, Sambak ini masyarakatnya belum kompak hingga ada beberapa remaja yang aktif, mereka mengorganisir melalui pendekatan seni lokal. Dari sinilah kemudian tak hanya seni yang tumbuh, kreatifitas, pemberdayaan ekonomi sampai usaha kecil-kecilan tergagas karena ada kumpulan yang positif.
penampilan kesenian dari desa sambak

Pukul 13.00 acara orasi tentang Tasyakuran pengesahan UU Desa No 6 tahun 2014 di mulai (Download UU Desa, Link; http://www.dpr.go.id/id/uu-dan-ruu/ruu-sudah-disetujui), cukup banyak yang hadir. Semua pembicara kecuali gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo hadir. Terlihat beberapa tamu agung seperti  Wakil Gubernur Jateng, Ketua dan wakil ketua Pansus RUU Desa Ahmad Muqowwan dan Budiman Sudjatmiko, Bupati Wonosobo yang telah dua periode sukses meningkatkan kesejahteraan desa yaitu  Kholiq Arif, dan Staf Kemendagri yang ternyata orang Aceh Tardmizi Karim. sedangkan dari kalangan aktivis dan praktisi pendidikan diwakili oleh Agus Tri Harjono dan Arie Sudjito, dosen sosiologi UGM. Orang-orang inilah dari sebagian kecil pejuang disahkannya RUU Desa.
Orasi

Semua bersemangat meluapkan kegembiraan  dan rasa syukur atas resminya UU Desa. Orasi para tokoh ini sungguh memukau. Kalau boleh sedikit meredaksikan dari orasi sebagian para tokoh yang hadir, kurang lebih seperti ini;
Budiman Sujatmiko kurang lebih mengatakan “ ini adalah sebuah era baru, yang mana sejak kelahiran Bangsa Indonesia terbitnya atau lahirnya UU yang banyak dibicarakan orang lintas lapisan masyarakat mulai dari desa hingga mereka yang sembunyi di balik tingginya gedung yaitu ada dua; yang pertama UU Agraria tahun 60-an dan UU Desa tahun 2014. Bahkan sebelum saya kesini puluhan pers dan jurnal Internasional menunggu klarifikasi dari saya soal latar belakang lahirnya UU Desa. Ini menandakan bahwa UU Desa mempunyai kekuatan tersendiri dan menyangkut nasib banyak orang."
Arie Sudjito kurang kebih mengatakan; "Kini desa mendapat hak-haknya kembali, setelah sejak lahirnya bangsa ini posisi desa hanya menjadi obyek pembangunan, kini desa diakui dan menjadi salah satu sobyek pembangunan bangsa ini. Desa yang dari awal menjadi sebuah lokasi eksplorasi dan telah menyumbang banyak subsidi kepada pusat, kini desa mendapatkan pengakuan atas pengelolaan dirinya, lembaga desa mendapatkan posisi dan perannya diakui secara undang-undang. "
Tardmizi Karim kurang lebih mengatakan; "dengan mengucap rasa syukur yang sedalam sedalam kepada Alloh SWT, UU Desa yang banyak dinantikan oleh masyarakat telah lahir, ini sebagai wujud bahwa akan terciptanya keadilan sosial yang tak berjenjang antara desa dengan kota. Desa menjadi pusat kemajuan baru."
Itu sedikit kutipan dari orasi yang menggebu-gebu.
Kebahagiaan dan rasa syukur mewarnai acara hari itu. semua peserta dari berbagai pihak meneriakkan yel-yel mereka; Merdesa! Merdesa! Merdesa! Ini adalah tonggak sejarah kemerdekaan desa-desa. Sebagai wujud mengamalkan demokrasi sampai pelosok tanah air.
Semua pihak, terutama para pejuang desa bergembira, mengapa? Karena tentu saja UU Desa berpretensi memajukan desa. Melalui UU Desa secara legal lembaga desa telah diakui. UU Desa juga mengamanatkan pemerintah pusat untuk memberikan subsidi kepada desa dengan jumlah yang tak sedikit. Ini memungkinkan memunculkan pengelolaan desa yang lebih profesional karena akuntanbilitas dan transparasi pengggunaan dana dipertangungjawabkan. Dari UU itulah tentunya ada turunan peraturan daerahnya, sehingga semua pemerintah daerah akan mengarah pada pengedukasian para aparat desa agar profesional dan bisa mengelola keungan dengan sebaik-baiknya. Sehingga lembaga desa lebih terhormat dan mempunyai power dalam mengelola SDA dan SDM desa. 
Acara orasi kemudian ditutup dengan Ikrar besama, demikian ikrarnya:
Dengan memohon Rahmat Tuhan Ynag Maha Esa dan Dukungan berbagai pihak pejuang desa, kami menyerukan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk:
1. bersama-sama mengawal implementasi UU Nomor: 6 Tahun 2014 tentang Desa Agar dapat dijalankan sebaik baiknya sesuai amanat reformasi menuju desa yang demokratis mampu menyelenggarakan tata pemerintahan yang baik, bersih, partisipatif, transparan, akuntabel, dan bebas dari korupsi.
2. bersama-sama dan bahu membahu membantu desa agar bangkit menatap masa depan yang lebih cerah, berdaya, dan mandiri untuk memakmurkan warga desa.
3. menggalang para relawan yang di seluruh penjuru desa se-Indonesia untuk bekerja keras, tekun, dan penuh dedikasi, demi perjuangan terciptanya kesejahteraan warga desa secara nyata.
4. mengajak seluruh komponen desa untuk belajar, bekerja, dan mendedikasikan dirinya dalam melayani kebutuhan warga desa secara nyata.
5. menjujung tinggi nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan sebagai warga desa untuk saling bekerja sama agar terwujud kemajuan desa untuk saling bekerja sama agar terwujud kemajuan desa di seluruh Indonesia.

MERDESA!!!

Minggu, 02 Februari 2014

Saung di Jalan Muhammadiyah no 48, siang itu ramai di penuhi anak-anak muda yang sibuk mondar-mandir. Sebagian dari mereka nampak sedang bermain-main dengan mouse mereka di depan layar komputer, menyiapkan sebuah strategi kerja. Sisi lain sekumpulan muda-mudi sedang  berkumpul membuat kelompok diskusi melingkar, semua tanpak egaliter. Kami berdua di buat terkagum-kagum dengan gagasan dan jejak rekam aksi mereka. Kang Goris siang itu membawa kami menyusuri setiap jejak semangat para anak muda  di kantor Asgar, sebagai kawah candradimukanya para remaja Garut.  Hangat dan ramah itulah anak-anak garut yang tergabung dalam Agar Muda baca sini Sob: (http://www.asgarmuda.org/).
Syahdan, perkanalan kami dengan dedengkot Asgar Muda, Kang Goris (Sob baca tentang Kang Goris http://indonesiaproud.wordpress.com/2012/03/09/goris-mustaqim-anak-garut-yang-go-international-lewat-bangun-desa/, follow @GorisMustaqim) di mulai dari saat di Aceh Utara. seperti biasa Dika (Sob baca: https://indonesiamengajar.org/pengajar-muda/andhika-mahardika/) yang aktif ini sejak lama memang sudah mengidolakan kang Goris, obsesi tingkat tinggi untuk bertemu dengan sang idola bermuara ketika Dika membeli buku teman-teman Asgar Muda : Pemuda Membangun Bangsa dari Desa, melalui twitter hingga suatu ketika Kang Goris mengirimkan dua buku untuk @Acehpintar program “one man one book for Aceh” (Sob samperin:https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/ari-lukmana-3/1-man-1-book-for-aceh ) dan untuk fansnya; Dika. Singkat cerita kemudian kami di bantu oleh Ibu Tri Mumpuni, untuk bertemu dengan beliau yang super sibuk ini.
Tebak mana yang Kang Goris?

Selasa, 28 Januari 2014, waktu menjelang subuh, kereta api Mutiara Selatan kami menghentikan lajunya di sebuah stasiun kecil di Garut. Cipeundeuy demikian papan nama di depan stasiun. Udara dingin seketika telah menyambut kami di stasiun yang sepi pagi itu. perjalanan kami di lanjutkan menuju kota garut. Konon di kota inilah para agen perubahan bersemanyam, membangun sejuta harapan untuk masyarakat Garut. Mobil mini bus membawa kami selama hampir dua jam setengah menuju kota Garut. Garut nampak di kelilingi oleh mahameru, sehingga Garut ini menjadi sebuah surga kecil yang berada di tengah-tengah  hamparan pegunungan yang subur dan kaya sumber daya alam.
 Dua setengah jam kemudian, kami sampai di sebuah lokasi, yang orang-orang Garut sebut sebagai alun-alun Garut. Kami lanjutkan perjalanan kami ke sebuah jalan yang di sebut jalan Muhammadiyah. Tiga jam  perjalanan kami, hingga akhirnya kami berdua di sambut oleh senyuman Kang Goris. Tak menunggu lama kemudian kami diajak towaf untuk melihat komponen saung dan kegiatan di markas Asgar.  Kami terkesima ketika melihat saung yang rame dengan anak-anak muda, mulai dari anak Sekolah dasar hingga “orang-orang tua”.  Tak lain mereka adalah anak-anak yang mengambil kelas super camp, salah satu program Agar Muda. 
magnum opus temen-temen Asgar Muda


Kemudian kami mempertemukan dengan beberapa orang dedengkot Agar Muda dan para pegurus super camp. Yang selalu membuat kami tak lupa ada Kang Heri, salah satu pemikir dan filosof Agar Muda dari UGM. Beliau ini adalah dewan pembinanya-nya Asgar Muda. Kemudian kami bertemu dengan Kang Ecep, yang super kreatif yang telah mengembangkan boneka lucunya,  tak lain beliau ini adalah orang risetnya Asgar. Kemudian kami juga dipertemukan dengan Kang Asep, manager super camp yang banyak sharing tentang bagaimana mengelola super camp ala Asgar Muda yang membuat kami kagum dan bangga melihat saudara kami di garut ini.
Perjalanan kami kemudian dilanjutkan dengan obrolan intim dengan Kang Goris. Siang itu kami memilih sebuah gubuk di depan kantor Asgar. Kang Goris banyak berkisah tentang perjalanannya bersama pemuda garut lainnya membangun bahtera Asgar Muda. Yang membuat kami terkesima dengan Kang Goris ini adalah sikap beliau yang tak menggurui, meskipun beliau sudah sangat makan asam garam dalam dunia sosial-bisnis dan pemberdayaan tapi tetap saja Kang Goris selalu berkata, ingin belajar dari kami dan sedang belajar. Wah, kamipun jadi tidak enak sendiri dan malu dengan pencapaian beliau yang luar biasa. 
berpose domba garut  ala Asgar Muda

Obrolan kami yang panjang, beberapa hal yang bisa kami simpulkan dalam perbincangan waktu itu. diantaranya adalah; jika kita mempunyai ide brilian yang sifatnya mulia, karena dalam ide kita untuk membantu orang, maka lekas lah di realisasikan, jika kita sudah mewujudkannya maka banyak tangan yang akan membantu kita, termasuk invisible hand.  Ini menjadi tamparan bagi kami selama ini yang hanya berfikir tanpa aksi, jadi malu sama teman-teman Asgar Muda yang hebat ini.
Kang Goris orangnya humoris, pengetahuannya yang global membuat kami banyak belajar  tentang  banyak hal. Tentu sama halnya dengan para Asgar Muda yang super hebat, kami mengambil banyak pelajaran dari mereka. Inspirasi yang mereka tebarkan menjadi motivasi kami para pemuda di belahan lain bumi Indonesia, untuk bergerak melakukan hal yang sama.
Thanks a lot Sahabat Asgar Muda.