Minggu, 02 Februari 2014

Saung di Jalan Muhammadiyah no 48, siang itu ramai di penuhi anak-anak muda yang sibuk mondar-mandir. Sebagian dari mereka nampak sedang bermain-main dengan mouse mereka di depan layar komputer, menyiapkan sebuah strategi kerja. Sisi lain sekumpulan muda-mudi sedang  berkumpul membuat kelompok diskusi melingkar, semua tanpak egaliter. Kami berdua di buat terkagum-kagum dengan gagasan dan jejak rekam aksi mereka. Kang Goris siang itu membawa kami menyusuri setiap jejak semangat para anak muda  di kantor Asgar, sebagai kawah candradimukanya para remaja Garut.  Hangat dan ramah itulah anak-anak garut yang tergabung dalam Agar Muda baca sini Sob: (http://www.asgarmuda.org/).
Syahdan, perkanalan kami dengan dedengkot Asgar Muda, Kang Goris (Sob baca tentang Kang Goris http://indonesiaproud.wordpress.com/2012/03/09/goris-mustaqim-anak-garut-yang-go-international-lewat-bangun-desa/, follow @GorisMustaqim) di mulai dari saat di Aceh Utara. seperti biasa Dika (Sob baca: https://indonesiamengajar.org/pengajar-muda/andhika-mahardika/) yang aktif ini sejak lama memang sudah mengidolakan kang Goris, obsesi tingkat tinggi untuk bertemu dengan sang idola bermuara ketika Dika membeli buku teman-teman Asgar Muda : Pemuda Membangun Bangsa dari Desa, melalui twitter hingga suatu ketika Kang Goris mengirimkan dua buku untuk @Acehpintar program “one man one book for Aceh” (Sob samperin:https://indonesiamengajar.org/cerita-pm/ari-lukmana-3/1-man-1-book-for-aceh ) dan untuk fansnya; Dika. Singkat cerita kemudian kami di bantu oleh Ibu Tri Mumpuni, untuk bertemu dengan beliau yang super sibuk ini.
Tebak mana yang Kang Goris?

Selasa, 28 Januari 2014, waktu menjelang subuh, kereta api Mutiara Selatan kami menghentikan lajunya di sebuah stasiun kecil di Garut. Cipeundeuy demikian papan nama di depan stasiun. Udara dingin seketika telah menyambut kami di stasiun yang sepi pagi itu. perjalanan kami di lanjutkan menuju kota garut. Konon di kota inilah para agen perubahan bersemanyam, membangun sejuta harapan untuk masyarakat Garut. Mobil mini bus membawa kami selama hampir dua jam setengah menuju kota Garut. Garut nampak di kelilingi oleh mahameru, sehingga Garut ini menjadi sebuah surga kecil yang berada di tengah-tengah  hamparan pegunungan yang subur dan kaya sumber daya alam.
 Dua setengah jam kemudian, kami sampai di sebuah lokasi, yang orang-orang Garut sebut sebagai alun-alun Garut. Kami lanjutkan perjalanan kami ke sebuah jalan yang di sebut jalan Muhammadiyah. Tiga jam  perjalanan kami, hingga akhirnya kami berdua di sambut oleh senyuman Kang Goris. Tak menunggu lama kemudian kami diajak towaf untuk melihat komponen saung dan kegiatan di markas Asgar.  Kami terkesima ketika melihat saung yang rame dengan anak-anak muda, mulai dari anak Sekolah dasar hingga “orang-orang tua”.  Tak lain mereka adalah anak-anak yang mengambil kelas super camp, salah satu program Agar Muda. 
magnum opus temen-temen Asgar Muda


Kemudian kami mempertemukan dengan beberapa orang dedengkot Agar Muda dan para pegurus super camp. Yang selalu membuat kami tak lupa ada Kang Heri, salah satu pemikir dan filosof Agar Muda dari UGM. Beliau ini adalah dewan pembinanya-nya Asgar Muda. Kemudian kami bertemu dengan Kang Ecep, yang super kreatif yang telah mengembangkan boneka lucunya,  tak lain beliau ini adalah orang risetnya Asgar. Kemudian kami juga dipertemukan dengan Kang Asep, manager super camp yang banyak sharing tentang bagaimana mengelola super camp ala Asgar Muda yang membuat kami kagum dan bangga melihat saudara kami di garut ini.
Perjalanan kami kemudian dilanjutkan dengan obrolan intim dengan Kang Goris. Siang itu kami memilih sebuah gubuk di depan kantor Asgar. Kang Goris banyak berkisah tentang perjalanannya bersama pemuda garut lainnya membangun bahtera Asgar Muda. Yang membuat kami terkesima dengan Kang Goris ini adalah sikap beliau yang tak menggurui, meskipun beliau sudah sangat makan asam garam dalam dunia sosial-bisnis dan pemberdayaan tapi tetap saja Kang Goris selalu berkata, ingin belajar dari kami dan sedang belajar. Wah, kamipun jadi tidak enak sendiri dan malu dengan pencapaian beliau yang luar biasa. 
berpose domba garut  ala Asgar Muda

Obrolan kami yang panjang, beberapa hal yang bisa kami simpulkan dalam perbincangan waktu itu. diantaranya adalah; jika kita mempunyai ide brilian yang sifatnya mulia, karena dalam ide kita untuk membantu orang, maka lekas lah di realisasikan, jika kita sudah mewujudkannya maka banyak tangan yang akan membantu kita, termasuk invisible hand.  Ini menjadi tamparan bagi kami selama ini yang hanya berfikir tanpa aksi, jadi malu sama teman-teman Asgar Muda yang hebat ini.
Kang Goris orangnya humoris, pengetahuannya yang global membuat kami banyak belajar  tentang  banyak hal. Tentu sama halnya dengan para Asgar Muda yang super hebat, kami mengambil banyak pelajaran dari mereka. Inspirasi yang mereka tebarkan menjadi motivasi kami para pemuda di belahan lain bumi Indonesia, untuk bergerak melakukan hal yang sama.
Thanks a lot Sahabat Asgar Muda.   

0 komentar:

Posting Komentar