Dan
Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang
yang sabar (Al-Baqarah, 155)
Senin
minggu ini mendadak ada sesuatu yang beda dengan tampilan meja makan di barak
CPM V (Calon Pengajar Muda V). Meja yang sebelumnya terlihat warna-warni dan kaya akan sajian lezat,
tiba-tiba menjadi “longgar” karena saking sepinya sajian makanan yang
tersuguhkan. Kondisi meja makan waktu itu ternyata tidak berefek pada sunyinya suasana,
justru kemudian suasana yang terbangun adalah rame, “gaduh” dan muncul berbagai
spekulasi-spekulasi yang kadang aneh, lucu, atau bahkan out of the box dari fikiran cerdas para CPM V.
Penyerdehanaan, itulah kata yang
paling tepat untuk menggambarkan kondisi senin pagi itu. Penyerdehanaan adalah
sebuah kondisi kemewahan yang direduksi secara sistematis dan terencana
sehingga kondisi awal yang serba istimewa turun derajat menjadi kondisi yang
biasa-biasa aja atau bahkan menjadi kondisi yang “memprihatinkan” dan seadannya.
Penyerdehanaan adalah pengurangan kualitas dan kuantitas. Pengkondisian ini
tentu menuai berbagai reaksi “perlawanan”, yang diekspresikan dengan berbagai
bentuk. Beberapa contoh perlawanan anak CPM V dapat dijabarkan sebagai berikut;
a.
Adaptasi
Adaptasi menjadi
mayoritas pilihan yang dilakukan oleh anak-anak CPM V, adaptasi adalah strategi
perlawanan yang dilakukan dengan cara penyesuaian diri, baik penyesuaian
selera, sambil menahan kegaluan menghadapi kenyataan yang ada.
b.
Memberontak
Strategi ini dilakukan oleh beberapa CPM
V, memberontak ini dilakukan karena masih ada sisa-sisa makanan yang dibeli
saat hari minggu kemaren. Makanan ini sangat membantu para CPM V untuk
melengkapi ketersedian lauk makanan yang apa adanya.
c.
Provokasi
Perlawanan ini dilakukan oleh sebagian
kecil anak-anak CPM V. Strategi ini dilakukan dengan cara “mencibir” atau
sekedar mengeluhkan realitas, kemudian berusaha “memperngaruhi” teman lain.
d.
Sabar
Sabar menjadi alternatif perlawanan untuk sebagian
besar CPM V. Sabar juga menjadi pelarian dari para CPM V yang tidak berdaya dan
gagal dengan strateginya masing-masing. Sabar akhirnya juga menjadi alternatif
terbaik yang dilakukan oleh semua CPM V.
Setidaknnya empat strategi ini
adalah ekspresi masyarakat CPM V. Reaksi ini wajar laiknya hewan jika mengalami
perubahan iklim dan ketersediaan sumberdaya alam mereka secara spontanitas akan
bereaksi (adaptasi) untuk mempertahankan keberlanjutannya. Berkaca dari teori
Darwin bahwa evolusi akan terjadi sebagai output
dari proses adaptasi yang lama, seperti halnya para CPM V akan berevolusi baik
secara fisik (kurus) dan hati (sabar).
Dalam setiap kejadian pasti ada hikmah yang dapat dipetik, yang
kelak hikmah ini menjadi sebuah pelajaran berharga. Sama halnya dengan
penyerdehanaan. Penyerdehanaan tentu menghasilkan sebuah nilai-nilai berharga
bagi masing-masing CPM V. Kesederhanaan
terbukti ampuh merekatkan solidaritas para CPM V. Sisa-sisa “peradaban” yang
berupa makanan hasil pembelian pada hari minggu mampu menyatukan setiap acara
makan bersama. Keserdehanaan juga mampu memberikan nuansa baru dalam setiap
acara makan. Makan yang sebelumnya menjadi hal yang biasa saat lauk mewah, tapi
saat penyerdehanaan acara makan selalu menghadirkan nuansa yang baru dan penuh
kejutan. Penyerdehanaan juga mampu menempa hati, sehingga menjadi
pribadi-pribadi yang selalu sabar dan bersyukur. Penyerdehanaan juga menjadi
ritual “puasa” para CPM V, karena dengan adanya minimalisasi atau
tradisionalisasi lauk minimal para CPM telah mencegah terjadinya penyakit yang
sering menjangkiti manusia modern contohnya seperti diabetes, kolesterol, dan
asam urat. Penyerdehanaan juga sebagai “perlawanan” terhadap budaya hedonisme
yang selalu berdampak pada pemborosan dan eksploitasi sumberdaya alam yang
berlebihan.
Dan akhirnya seperti biasa saya
mewakili para CPM V mengucapkan Jazakulloh (terimakasih) kepada panitia yang
telah menerapkan gaya hidup penyerdehanaan ini. Dengan pola ini adalah wujud
nyata rasa syukur dan bentuk perlawanan kita terhadap mainstream hedonis yang
mendominasi zaman.
0 komentar:
Posting Komentar