Kamis, 20 September 2012



Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (Al-Baqarah, 155)

                Senin minggu ini mendadak ada sesuatu yang beda dengan tampilan meja makan di barak CPM V (Calon Pengajar Muda V). Meja yang sebelumnya terlihat warna-warni dan kaya akan sajian lezat, tiba-tiba menjadi “longgar” karena saking sepinya sajian makanan yang tersuguhkan. Kondisi meja makan waktu itu ternyata tidak berefek pada sunyinya suasana, justru kemudian suasana yang terbangun adalah rame, “gaduh” dan muncul berbagai spekulasi-spekulasi yang kadang aneh, lucu, atau bahkan out of the box dari fikiran cerdas para CPM V.
            Penyerdehanaan, itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkan kondisi senin pagi itu. Penyerdehanaan adalah sebuah kondisi kemewahan yang direduksi secara sistematis dan terencana sehingga kondisi awal yang serba istimewa turun derajat menjadi kondisi yang biasa-biasa aja atau bahkan menjadi kondisi yang “memprihatinkan” dan seadannya. Penyerdehanaan adalah pengurangan kualitas dan kuantitas. Pengkondisian ini tentu menuai berbagai reaksi “perlawanan”, yang diekspresikan dengan berbagai bentuk. Beberapa contoh perlawanan anak CPM V dapat dijabarkan sebagai berikut;


a.      Adaptasi
Adaptasi menjadi mayoritas pilihan yang dilakukan oleh anak-anak CPM V, adaptasi adalah strategi perlawanan yang dilakukan dengan cara penyesuaian diri, baik penyesuaian selera, sambil menahan kegaluan menghadapi kenyataan yang ada.
b.      Memberontak
Strategi ini dilakukan oleh beberapa CPM V, memberontak ini dilakukan karena masih ada sisa-sisa makanan yang dibeli saat hari minggu kemaren. Makanan ini sangat membantu para CPM V untuk melengkapi ketersedian lauk makanan yang apa adanya.
c.       Provokasi
Perlawanan ini dilakukan oleh sebagian kecil anak-anak CPM V. Strategi ini dilakukan dengan cara “mencibir” atau sekedar mengeluhkan realitas, kemudian berusaha “memperngaruhi” teman lain.
d.      Sabar
Sabar menjadi alternatif perlawanan untuk sebagian besar CPM V. Sabar juga menjadi pelarian dari para CPM V yang tidak berdaya dan gagal dengan strateginya masing-masing. Sabar akhirnya juga menjadi alternatif terbaik yang dilakukan oleh semua CPM V.
            Setidaknnya empat strategi ini adalah ekspresi masyarakat CPM V. Reaksi ini wajar laiknya hewan jika mengalami perubahan iklim dan ketersediaan sumberdaya alam mereka secara spontanitas akan bereaksi (adaptasi) untuk mempertahankan keberlanjutannya. Berkaca dari teori Darwin bahwa evolusi akan terjadi sebagai output dari proses adaptasi yang lama, seperti halnya para CPM V akan berevolusi baik secara fisik (kurus) dan hati (sabar).
            Dalam setiap kejadian  pasti ada hikmah yang dapat dipetik, yang kelak hikmah ini menjadi sebuah pelajaran berharga. Sama halnya dengan penyerdehanaan. Penyerdehanaan tentu menghasilkan sebuah nilai-nilai berharga bagi masing-masing CPM  V. Kesederhanaan terbukti ampuh merekatkan solidaritas para CPM V. Sisa-sisa “peradaban” yang berupa makanan hasil pembelian pada hari minggu mampu menyatukan setiap acara makan bersama. Keserdehanaan juga mampu memberikan nuansa baru dalam setiap acara makan. Makan yang sebelumnya menjadi hal yang biasa saat lauk mewah, tapi saat penyerdehanaan acara makan selalu menghadirkan nuansa yang baru dan penuh kejutan. Penyerdehanaan juga mampu menempa hati, sehingga menjadi pribadi-pribadi yang selalu sabar dan bersyukur. Penyerdehanaan juga menjadi ritual “puasa” para CPM V, karena dengan adanya minimalisasi atau tradisionalisasi lauk minimal para CPM telah mencegah terjadinya penyakit yang sering menjangkiti manusia modern contohnya seperti diabetes, kolesterol, dan asam urat. Penyerdehanaan juga sebagai “perlawanan” terhadap budaya hedonisme yang selalu berdampak pada pemborosan dan eksploitasi sumberdaya alam yang berlebihan.
            Dan akhirnya seperti biasa saya mewakili para CPM V mengucapkan Jazakulloh (terimakasih) kepada panitia yang telah menerapkan gaya hidup penyerdehanaan ini. Dengan pola ini adalah wujud nyata rasa syukur dan bentuk perlawanan kita terhadap mainstream hedonis yang mendominasi zaman.     

0 komentar:

Posting Komentar