Kamis, 05 September 2013

    Sekali lagi, gerakan ini semacam pemantik bagi semua kalangan untuk lebih serius memperhatikan soal pendidikan di Aceh. Ini bukan sebuah program kerja selama Pengajar Muda dari Gerakan Indonesia Mengajar berada di Aceh saja, melainkan ini adalah sebuah gerakan kesadaran bersama untuk menebar kepeduliaan dan optimisme bagi semua pihak terhadap kondisi pendidikan. Aceh mungkin tak separah Papua atau daerah pelosok lain yang benar-benar kekurangan buku, karena akses mereka yang relative lebih sulit. Tetapi kemudian mengapa perlu adanya gerakan ini di Aceh? jawabannya adalah Aceh tak hanya butuh buku, tetapi Aceh butuh kepedulian.


                Hampir dua tahun sudah sejak Pengajar Muda angkatan pertama ditugaskan ke Aceh lalu menggagas gerakan ini yang kemudian gerakan ini sempat pasang surut dan mengalami mati suri. Terlebih sejak Pengajar Muda angkatan pertama mendadak meninggalkan Aceh karena alasan keamanan. Untung kemudian ada Penyala Aceh sebagai gerakan literasi Indonesia Mengajar yang memang harus berusaha keras untuk menghidup-hidupi gerakan ini, tapi kemudian karena tak ada kepastian akhirnya sejenak dihentikan. Pengajar Muda angkatan kedua datang, Alhamdulilah pelan-pelan dan dengan gotong royong gerakan ini kembali di gelorakan.


              Ini lebih karena Penyala Aceh sebagai salah satu lokomotif gerakan mempunyai keinginan kuat dan semangat menjalankan gerakan ini. “One Man One Book for Aceh” kembali ramai dan banyak menadapatkan dukungan dari personal-personal yang ada di luar dan dalam Aceh. Dukungan ini tentu dalam berbentuk kiriman buku dan surat untuk anak-anak Aceh. Bahkan, kemudian dukungan juga datang dari mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang kuliah di luar negeri. Mereka banyak mengirim post card dan pesan optimis untuk anak-anak Aceh. Mungkin kiriman ini bagi kebanyakan orang terlihat sederhana dan kecil-kecilan, tapi bagi anak-anak Sekolah Dasar, mendapatkan kiriman post card dari Eropa dengan coretan kalimat penyemangat di dalamnya menjadi sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan  sebelumnya. Tentu ini kemudian tak sederhana bagi anak-anak.

Salah satu sekolah sasaran one man

             Kini semua pihak mudah berkontribusi untuk pendidikan di Aceh. Cukup dengan mengirimkan buku atau pesan positif ke PO BOX 1144 Lhokseumawe, buku-buku mereka yang berasal di Luar Aceh atau di luar negeri sekalipun dapat sampai ke tangan anak-anak di pelosok Aceh Utara. Sampai saat ini Aceh Penyala dan Pengajar Muda telah menyaluran ke beberapa sekolah yang dianggap masih sedikit memiliki fasilitas buku bacaan untuk mendukung kegiatan belajar peserta didik.  Kami juga bersyukur karena selama kegiatan didukung oleh Perpustakaan Daerah Aceh Utara yang mau membantu untuk berperan yaitu meminjamkan buku mereka untuk program Perpustakaan Keliling.

Iklan lucu buatan papi piyoh


            Tentu semua pencapaian gerakan sederhana ini merupakan hasil gotong royong semua pihak. Kedepannya memang harapannya akan lebih banyak pihak yang campur tangan dan lebih peduli lagi dengan kondisi pendidikan di Aceh. Suatu saat nanti pasti Pengajar Muda akan meninggalkan Aceh, akan tetapi “ One Man One Book for Aceh” tak boleh berhenti seiring dengan selesainya masa penugasan Pengajar Muda. Gerakan ini harapannya terus menjadi pemantik kepedulian atau lebih tepatnya menarik orang untuk lebih memperhatikan soal pendidikan terutama di bumi Nanggroe ini.

0 komentar:

Posting Komentar