Kamis, 12 September 2013



Logo Akber Lhokseumawe
Kegiatan Class
               Entah tepatnya tanggal berapa waktu itu, sekitar bulan Maret 2013, sebuah undangan mengisi acara tiba-tiba datang dari Akademi Berbagi Medan yang dibawa oleh Rifki Furqon, anak Aceh yang kebetulan saudaranya menjadi kepala

sekolah Akber Medan. Tentu tawaran ini menggiurkan akan tetapi, karena suatu hal kami akhirnya tidak menyanggupinya. Dari sini, kemudian hadir sebuah gagasan untuk membuat Akber Lhokseumawe. Tetapi kemudian pertanyaannya adalah siapa yang mau bersusah payah membangun sebuah perkumpulan yang tak menghasilkan profit dalam bentuk materi. Awalnya tentu kami masih berfikir-fikir bahwa, tidak akan ada yang mau bersusah payah membangun fondasi awal Akber di Lhokseumawe. Ide ini kemudian berlarut tak teraplikasikan dalam sebuah gerakan nyata, lebih pada angan-angan yang terus kami impikan dan selalu dibayangi sebuah pertanyaan besar, kapan Akber terwujud di bumi Nanggroe ini? tentu semua dengan sejuta harapan yang diidamkan bersama, yaitu membangun ruang berbagi dan dialog di tengah-tengah remaja Aceh.

                Bulan keempat kami di Aceh, sebuah undangan kali ini datang dari sebuah lembaga kursus bahasa Inggris yang bernama HES, kepanjangan dari Hana Engglish School. Lembaga ini berdiri di Lhokseukon, sebuah kota kecil  di Aceh Utara. Di sinilah seorang bernama Bang Hanif dengan penuh optimisme membangun usaha dibidang jasa itu. Selanjutnya kami mengetahui bahwa Bang Hanif ini juga merupakan tenaga pengajar Bahasa Inggris di Universitas Malikhussaleh, yang menjadi salah satu kampus besar di Aceh.  Orang pekerja keras ini mengundang kami untuk sedikit menceritakan pengalaman selama tugas  di depan para peserta kursus.


                Singkat cerita dari sinilah kemudian ada sebuah keajaiban yang mengharuskan Akber Lhokseumawe lahir. Ajaib, karena kami dipertemukan Bang Hanif yang ternyata sejak lama beliau berkeinginan membuat Akber di Aceh, akan tetapi belum terlaksana. Dari sinilah kemudian angan-angan kami dapat terwujud, dan akhirnya kami bersepakat untuk bersama melahirkan Akber di Nanggroe.

Suatu pekerjaan akan mudah jika dikerjakan dengan bergotong royong, demikian halnya dengan Akber Lhokseumawe. Di awal perintisaanya, kami juga melakukan konsultasi dengan Sekolah Demokrasi. Dengan respon yang positif, anak-anak Sekolah Demokrasi akan membantu apa saja yang bisa dijangkau oleh mereka. Waktu itu sekitar bulan april Sekolah Demokraasi menawarkan tempat dan peserta untuk kelas pertama Akber, sehingga pada akhir bulan itu kami bisa mewujudkan Akber di Lhokseumawe. Kelas pertama demikian kami menyebutnya, lagi-lagi gotong royong untuk membuat kelas perdana ini, beruntung kami karena ada Rifqi Furqon waktu itu yang mau membantu untuk menjadi pembicara pertama di Akber Lhokseumawe.

                Memang tak ada sesuatu yang mudah diraih tanpa adanya sebuah usaha, begitu juga dengan Akber ini. dalam perjalannya Akber tentu menemui berbagai hambatan dan rintangan. Kini Akber sepenuhnya dikelola oleh para remaja hebat asli Aceh. Sedangkan Pengajar Muda hanya sedikit membantu jika ada yang dibutuhkan dalam perjalannya. Setiap bulan Akber selalu menyelenggarakan kelas di Kota Lhokseumawe dengan berbagai tema yang mampu menarik para remaja di kota ini. selain itu, kini Akber juga menjadi salah satu forum yang berperan dalam bidang sosial. Ketika bencana gempa terjadi di Takengon dan Bener Meriah, mereka ikut turun tangan membantu saudara mereka.

                Kami para Pengajar Muda berharap Akber Lhokseumawe selamanya menjadi ruang berbagi, ruang dialog anak-anak muda Aceh tentang berbagai hal positif untuk membangun Aceh yang lebih baik. 


0 komentar:

Posting Komentar