Jumat, 12 Oktober 2012

Bersama anak-anak SDN Jatimekar
            Pagi hari jum’at 13 Oktober 2012 pukul 7.00 adalah awal kami (Team Rimoeng Nonggroe) menginjakkan kaki di Sekolah Dasar Jatimekar 1.  Sekolah yang kecil tapi indah dan sangat layak untuk ukuran bangunan SD. Saat masuk gerbang sekolah sesosok  guru laki-laki yang bernama Pak wawan-pun kemudian menghampiri kami dan dengan senyum yang khas dan lebar menyambut kedatangan kami dengan ramah. Tak lama kemudian beliau menyuruh kami untuk masuk ke kantor guru dan dilanjutkan dengan perkenalan dan ngobrol.
            Kemudian jam menunjukan pukul 7.30 WIB, dan menyudahi pembicaraan kami karena memang jam 7.30 adalah waktunya anak-anak untuk melanjutkan perjuangan mereka, yaitu menjawab soal-soal UTS. Kami ber-enam-pun kemudian ikut nimbrung untuk masuk kekelas dan berniat untuk membantu dan sekaligus mengamati pelaksanaan UTS di hari terakhir itu. Kemudian kami-pun mengambil posisi masing-masing dikelas yang berbeda, dan kebetulan saya masuk ke kelas yang paling junior yaitu kelas 1.
            Doa-pun dipanjatkan, sedangkan saya belum sempat untuk beranjak masuk kedalam kelas, hingga akhirnya saya menunggu sambil melafazkan doa diluar kelas. Ibu Harti yang ramah kemudian menyambut saya didalam kelas setelah selesai memimpin anak-anak untuk menghafalkan surat-surat pendek dalam Al-Quran. Kemudian saya tak cangguh memperkenalkan diri dan terkejut saat mendengar Bu Harti mengatakan bahwa hari ini kelas 1 sudah tidak ada ujian dan kemudian mempersilahkan saya untuk langsung mengajar SBK.  Keterkejuatan saya lebih pada ketidaksiapan saya untuk mengajar, karena niat awal adalah baru mengamati saja.


            Memeras otak itulah yang saya lakukan saat situasi mengharuskan saya untuk aksi yaitu mengajar SBK. Perkenalan-pun saya lakukan sebagai awal untuk membuka kelas dan mengakrapkan diri kepada anak-anak. Setelah itu jurus yang berupa signal-signal untuk memusatkan perhatian anak-pun mendadak harus saya keluarkan dan Alhamdulilah efektif. Kemudian perkenalan-pun dimulai dengan cara satu per satu anak maju untuk memperkenalkan diri didepan kelas, dan saya bersyukur hampir semua maju kecuali Riva yang masih duduk bersama ibu-nya dimeja paling belakang. Dia adalah salah satu anak ABK yang masih belum berani untuk bersekolah semdiri, berinteraksi dengan teman dan gurunya.
            Siap-siap! Itulah balasan teriakan semangat kelas 1 saat saya memberi signal “Kelas 1”, teriakan itulah yang memotivasi saya untuk semakin antusias mengajar mereka. Kemudian kegiatan kelas selanjutnya adalah menuliskan cita-cita mereka ke dalam sebuah kertas. Semua anak-pun antusias mengikuti instruksi saya dan kemudian setelah mereka menulis cita-cita, mereka saya apresiasi untuk maju satu per satu dan kemudian memperagakan sesuai dengan profesi yang dicita-citakan. Alhasil mereka antusias untuk maju setelah saya mempersilahkan mereka untuk maju.
            Cita-cita yang beragam itu-pun kemudian diperagakan oleh masing-masing anak dan saya bahagia karena anak-anak kelas 1 cukup pandai dan ekspresif untuk menirukan gaya. Salah seorang anak yang bercita-cita menjadi pembalappun dengan sepenuh hati memperagakan laiknya pembalap yang sedang mengendalikan mobilnya, begitu juga dengan salah seorang anak yang ingin menjadi koki, dengan sepenuh hati memperagakan cara mengaduk makanan, dan lain sebagainya.
            Jam-pun menunjukan pukul 9 artinya sudah saatnya anak-anak istirahat dan diakhir pelajaran itu-pun saya masih mengamati Riva yang sudah cukup berani untuk duduk sendiri walaupn ibunya masih menunggu dibelakang, tapi saya melihat Riva nampaknya mulai tertarik dan berusaha mengikuti teman-temannya yang tetawa ketika melihat temannya maju dan memperagakan perannya. Akhirnya bel-pun berbunyi dan saat itulah pelajaran saya tutup dan mengakhiri sebuah pengalaman pertama saya mengajar kelas 1 SD.   

0 komentar:

Posting Komentar